Market Analisa Mingguan Pasar Forex, 28 Oktober – 01 Nopember 2019
Setelah mengalami reli ke level tertinggi enam bulannya, sterling kembali terkoreksi minggu lalu karena ketidakpastian Brexit. PM Inggris Boris Johnson dan Pejabat Uni Eropa telah mencapai kesepakatan dalam penyelesaian Brexit. Namun, kesepakatan tersebut ditolak parlemen Inggris, dan memaksa Johnson untuk meminta perpanjangan tenggat waktu 3 bulan atas kesepakatan tersebut. Kondisi tersebut meningkatkan ketidakpastian atas penyelesaian Brexit. Sterling semakin tertekan ketika Johnson menyerukan pemilihan umum pada 12 Desember dalam upayanya memecahkan kebuntuan politik atas Brexit dan memastikan Inggris keluar dari Uni Eropa. GBP/USD ditutup di kisaran 1.2828 Jumat lalu, dan melemah sekitar 1,2% selama sepekan.
Selain tertekan oleh ketidakpastian Brexit, euro melemah minggu lalu setelah komentar presiden ECB Mario Draghi yang mengulangi pernyataanya bahwa prospek ekonommi masih suram dan cenderung melambat. Komentar tersebut terlontar pada konferensi pers, setelah ECB memutuskan untuk mempertahankan kebijakannya. Data IFO Jerman menunjukkan ekonomi Jerman masih di posisi terbawah, tetap d angka 94,6, namun lebih baik dari perkiraan 94,5.
Baik emas berjangka AS, maupun harga emas spot kembali naik di atas 1500 minggu lalu. Sepanjang tahun ini, harga emas sudah naik sekitar 17% berkat permintaan safe haven di tengah devaluasi mata uang, kekhawatiran resesi, ketidakpastian Brexit, serta memanasnya hubungan AS dengan China dan Iran. Sentimen masih-masih mendukung emas menjelang rapat FOMC, yang diperkirakan akan memangkas kembali suku bunganya untuk ketiga kalinya di tahun ini. Menurut Fed rate Monitor Tool dari Investing.com, probabilitas pemangkasan suku bunga sebesar 91% di hari Jumat, menurun jika dibandingkan hari Kamis yang probabilitasnya 95%.
Harga minyak menguat minggu lalu berkat laporan Energy Information Administration (EIA) AS, yang menunjukkan cadangan minyak AS mengalami penurunan 1,7% juta barel. Angka ini mengejutkan pasar karena melawan prediksi kenaikan 2,2 juta barel. Selain itu, EIA juga melaporkan cadangan bensin dan destilasi juga mengalami penurunan. Faktor lain yang mendukung harga minyak di minggu lalu adalah laporan Reuters yang menyebutkan bahwa dalam pertemuannya di Desember, OPEC mempertimbangkan untuk memangkas output-nya lebih dari 1,2 juta bph, yang disepakati juga oleh Rusia dan produsen minyak lainnya. Sepanjang pekan lalu, harga minyak jenis WTI naik 5,4%, sementara minyak jenis Brent naik 4,4%.
Saham-saham Asia menguat ke level tertinggi tiga bulan hari ini karena harapan perundingan dagang AS-China segera tercapai. Di awal sesi perdagangan hari ini, indeks MSCI Asia-PAcific di luar Jepang menguat menjadi 518,29, tertinggi sejak Juli. Indeks Nikkei menguat 0,3% ke level tertinggi satu dekade. Sentimen positif datang dari penguatan bursa saham AS dan Eropa di akhir minggu lalu.
Fokus Minggu Ini : Fed, BoJ, BoC, NFP
Ada beberapa agenda pasar yang layak disimak minggu ini, antara lain rapat bank sentral AS, Jepang dan Kanada. The Fed diperkirakan akan kembali memangkas suku bunganya, sementara BoJ dan BoC diperkirakan tetap mempertahankan kebijakan. Sementara data-data ekonomi yang akan dirilis diantaranya GDP dan NFP AS, serta GDP zona euro. Berita Brexit juga masih akan disimak pasar.
Sumber : Mochammad Ikhwan GKInvest
Latest posts by Budi S @ImpianClub (see all)
- Konferensi Regional Pertama SkyWay Capital di Jakarta Indonesia ! 14.12.2019 - Oktober 4, 2021
- Atasi Kebotakan dengan Rekayasa Genetika - Oktober 4, 2021
- Activity EM BAGE, Pak Mardianto Harahap - Oktober 4, 2021
- AQUIX, Ekonomi Hijau - Oktober 4, 2021
- Motivasi Sukses - Oktober 3, 2021