Arahan Pak Priyanto PS :
- Era ke depan, bukan semakin mudah tetapi semakin sulit (tekun, militan dan serius — yang akan menang).
- Hasil survey “bangga”, benar dilakukan atau tidak?…
- Kendala bagi kita adalah masalah turn over pemanen.
a. Lingkungan dan fasilitas pondok.
b. Pendapatan
c. Kebutuhan bahan pokok
d. Tempat bekerja
e. Lain-lain (Fasilitas umum, kedekatan dengan atasan, pendidikan anak dan kelembagaan social)
Social handling (S2H) mempunyai peranan besar. Biasanya masa proyek, kebetahan karyawan tinggi dan turn over rendah.
Tidak semua orang berbicara utama di pendapatan, namun secara sosial “nyaman atau tidak”.
Kondisi Penanganan Social BGA
1. Menjadikan masyarakat sebagai peserta plasma
2. Prioritas mempekerjakan masyarakat lokal.
3. Pembangunan infrastruktur desa.
4. Melibatkan orang lokal dalam survey.
5. Memberi peluang masyarakat lokal sebagai kontraktor dan supplyer.

- Hubungan kemitraan menjadi sarana komunikasi dan interaksi.
- Konsisten melandingkan transformasi budaya.
- Program CSR berorientasi pada keseimbangan kepentingan masyarakat dan perusahaan.
- Dikembangkan kesadaran kolektif untuk tumbuh dan berkembang bersama, serta semangat gotong royong.
Transformasi budaya lokal ke budaya industri (keteraturan, produktifitas).
Pemicu terjadinya konflik sosial, tidak adanya rasa aman dan nyaman di lingkungan kerja.
Bukti tanggung jawab menyelesaikan masalah.
Kondisi Penanganan Sosial BGA
- Menipisnya kesadaran sosial
- Rancangan Sosial Engineering belum konkrit
- “ROMANTISME” menjaga hubungan emosional karyawan.
- Lemahnya Kapasitas Soft Skill Staff
- Enggan Mengkaryakan Msyarakat Lokal
– Minimnya interaksi sosial dapat menurunnya kesadaran sosial.
– Kondisi Pandemic menyebabkan keterbatasan interaksi.
– Dibutuhkan kreatifitas dan peran pimpinan untuk membangun rasa aman dan nyaman serta kesetiakawanan sosial karyawan.
– Perlu disusun road map transformasi kondisi sosial dari masa proyek sampai dengan masa establish.
– BGA masih berfokus pada training bagi kader pada materi yang bersifat teknikal skill.
– Kemampuan soft skill masih terpisah dari konsep dasar rekayasa sosial yang akan dibangun.
– Melemahnya keteritakatan hubungan social masyarakat akibat program transformasi tidak berkesinambungan.
– Profil Staff belum mencerminkan visi budaya dan relasi social BGA dapat menimbulkan konflik social.
– Diperlukan upaya membangun kembali solidaritas sosial melalui berbagai program.
– Keengganan Staff menyentuh masalah yang bersifat sosial.
– Minimnya kapasitas menyelesaikan konflik.
– Meningkatnya tindak kekerasan.
– Terlanjut munculnya stigma bahwa karyawan lokal dengan HKE rendah, produktifitas rendah dan alasan lainnya.
Hubungan harmonis : ada keterbukaan, tidak ada gap, pemimpin yang bisa mengayomi – akan membangun kekuatan yang luar biasa.
Kesinambungan transformasi budaya (masa proyek –> masa establish). Menjadi diri Anda sendiri, tetapi visi budaya BGA tidak boleh dilepaskan.
Humanis, marah-marah (bukan style, tetapi ketidakmampuan kita mengendalikan hati kita).
Anda sukses — tetap senyum, jika Anda bunuh. Tidak perlu dengan kemarahan dan kata-kata kotor.
Maju Bersama dan Sejahtera Bersama
Sustainability
People – Planet – Profit

Potential Problems



Kelanjutan artikel ini hanya bisa dibaca oleh Member, silahkan login disini dulu atau Registrasi di sini



